Khamis, 18 Disember 2014

Secangkir Kopi dan Kudapan...



Suasana petang yang penuh drama....
Secangkir kopi pahit penuh aroma...
Walaupun pahit ditekak tetapi segar dirasa...
Kadangkala kepahitan itu pengubat jiwa...
Makin dihirup, makin segar minda...
Lupa seketika dunia dan pancaroba...
Kopi yang pahit itu segar rasanya...
Sesekali dikunyah kudapan penuh makna...
Pahit dan manis lumrah kehidupan kita...
Manis itu idaman semua...
Manis tanpa pahit ibarat hidup tak bermakna...
Bagaikan sehelai kain tanpa warna...
Pahit tanpa manis juga lesu tiada ceria...
Kudapan yang manis dengan kopi pahit amat bermakna...
Pengubat jiwa yang lara...
Pahit dan manis perlu sekata...
Itulah tanda kesempurnaan ciptaanNya...
Untuk mereka yang punya rasa...
Hilang rasa...
Hilang dunia....
Dikala itu hanya bahagia...
Pahit manis mainan rasa...
Akal pertama tercipta...
Hidup yang berbeza...
Banyak terkumpul didalamnya...
Melahirkan satu idaman jiwa...
Pahitnya kopi meniti dibibir rasa...
Ditelan segarnya jiwa...
Bau pahit kopi hilanglah harum seketika...
Sedar tika beza haruman semuanya...
Kepahitan itulah penawar ketika alpa...
Bergantung pada laghanya dunia...
Ini cerita dalam cerita....
Kopi pahit penawar rasa...
Kualiti rasa bergantung pada nilaianya...
Bagi mereka yang pentingkan rasa...
Hilang rasa maka tiada kecewa...
Kerana rasa itu seketika sahaja...
Bukanlah kekal selamanya...
Wallahualam bissawab...


Isnin, 8 Disember 2014

Ketakutan...

Ketakutan lumrah azali insan...
Hadir dikala kesepian...
Melanda tika kemurungan...
Terancam dengan ugutan...
Takut dengan bayangan...
Lupa akan nikmat Tuhan...
Ketakutan melanda jiwa...
Bila diri hilang kuasa...
Daya dan upaya tiada..
Pengaruh sudah tiada...
Terasing kalangan saudara...
Kosong dan tak bermakna..
Diri tiada guna...

Ketakutan itu ada dalam diri...
Bila menyendiri...
Saksi kematian atas diri...
Sedar tiada upaya diri...
Hilang kebergantungan diri...
Masih ada sangsi...

Ketakutan juga ada baiknya...
Bila takut terlanggar hukumNya...
Takut tersalah bicara...
Takut terambil posisiNya...
Takut tersalah sangka padaNya...

Kadangkala bukanlah ketakutan dipinta...
Ketaqwaan hamba pada Tuhannya...
Takut dan taqwa itu berbeza...
Taqwa itu ada rahsianya...
Untuk hamba yang bahagia...

Wallahualam...
‪#‎bagaianjingdenganbayangbayang‬
‪#‎takutvstaqwa‬
‪#‎ketakutanmelanda‬

Kelapangan Hati..





Kelapangan itu adalah suatu nikmat...
Kelapangan itu idaman setiap insan...
Hati yang lapang itu...
Umpama tidurnya si anak kecil...
Tanpa mimpi yang tak sudah...
Tanpa masalah menganggu jiwa....
Tidur tanpa syak wasangka...
Hatinya senang kerana lapang...
Anak kecil itu hatinya luhur...
Ibarat sesuci kain putih...
Bersih tanpa corakkan...
Kelapangan hati itu...
Ada sabar, redha dan tawakal...
Bebas dari kehendak akal...
Walau ujian sebesar ombak badai...
Walau ujian bagai ribut dan taufan...
Baginya itu adalah rahmat Tuhan...
Tanda kasih Khalik pada makhluk...

Hati yang lapang itu...
Tidak mudah tersentuh...
Sama ada perkataan... 
Mahupun perbuatan...
Tidak mudah tersinggung...
Bila diri tidak disanjung...
Tidak cepat melatah...
Bila diherdik dan dinista...

Hati yang lapang itu... 
Nilainya pada senyuman...
Nilainya pada riak di muka....
Suara dan gerak laku tenang...
Bagai sebuah bekas...
Dalamnya diisi air yang penuh...
Ditatang penuh kasih sayang...
Dijinjing dengan saksama...
Tidak berkocak walau setitis...
Dibawa kemana-mana...
Tanpa masalah menganggu jiwa...

Hati yang lapang itu...
Melahirkan kata yang senang...
Melahirkan gerak yang tenang...
Bicara kata bagai bayu dikala senja...
Perlahan dan menyentuh jiwa...
Kelapangan itu perlukan keikhlasan...
Keikhlasan itu lahir dari kemaafan...
Keikhlasan itu lahir dari kasih sayang...
Dengan nama Mu yang bersifat Ar-Rahman...
Dengan nama Mu yang bersifat Ar-Rahim...
Permulaan kata kitab suci...
Kelapangan itu perlu kebebasan diri...
Bebaskan diri dari kemarahan...
Bebaskan diri dari kebencian...
Bebaskan diri dari mazmumah...
Kebebasan itu merdeka diri...
Kebebasan dan kelapangan...
Menuju keredhaanNya...
Tiada dakwa-dakwi 
Dalam percakapan mahupun perbuatan...

Nikmat kelapangan itu...
Perlukan pengorbanan...
Usaha dan ikhtiar...
Kelapangan harta dan masa itu...
Tidak sama kelapangan hati...
Kerana tidak boleh dijual beli...
Terbentuk dari hati emas...
Ditempa dengan ujian...
Ditempa dengan rasa dan nyawa...
Ditempa penuh kasih dan sayang...
Fitnah dan nista itu biasa...
Alah bisa, tegal biasa...
Hati emas sukar dicari...
Hati emas suci dan murni...
Kelapangan dari hati emas...
Kelapangan anugerah Tuhan...
Kelapangan rahmat dari Tuhan...
Dengan mengingati Tuhan...
Hati menjadi lapang...
Insha'Allah...
Wallahualam...

Suasana Pagi Yang Indah


Suasana pagi yang damai...
Deruan air terjun memecah keheningan alam...
Sinaran mentari pagi terasa kehangatannya...
Burung dan Unggas...
Sahut-menyahut memuji Sang Pencipta...
Kehijauan daun sedap mata memandang...
Angin bertiup sepoi-sepoi bahasa....
Air sungai mengalir jernih...
Mendamaikan jiwa...
Bertapa indahnya alam ciptaanNya...
Sedang daku merehatkan minda...
Cuba memahami bahasa alam...
Saling berkomunikasi antara satu sama lain..
Tenang dan mengasyikkan...
Bayu meniup penuh irama....
Pohon bergoyang mengikut alunan Pencipta...
Silauan mentari dicelah pepohon...
Menceriakan suasana...
Tanah, Air, Api dan Angin bersatu...
Cahaya putih tercipta....
Penawar rahsia meresap ke dalam jiwa...
Membersihkan dan merawat hati yang lara...
Alam Soghir berkhidmat untuk Alam Kabir...
Tercipta kerinduan...
Ketenangan bukanlah lakonan...
Anugerah alam dari Pencipta...
Untuk hamba yang sabar dan syukur...
Bukanlah mengejar hikmat dan nikmat...
Sekadar hamba yang akur suruhanNya...
Merenung alam ciptaanNya yang Maha Sempurna...
Membuatkan diri ini kerdil seketika....
Tiada daya upaya ku...
Semuanya dari Mu semata-mata...
Tiada Tuhan Melainkan Engkau...
Maha Suci Engkau...
Sesungguhnya Aku adalah dari kalangan mereka yang menzalimi diri sendiri...

Gua Yang Gelap itu...



Gua yang gelap itu...
Dihujungnya ada cahaya...
Cahaya yang samar...
Tapi sinarnya sampai ke kalbu...
Dalam mengharungi kehidupan... 
Umpama meniti dalam kegelapan...
Kegelapan tanpa cahaya tiada makna...
Cahaya ibarat petunjuk dalam kegelapan...
Kelam dalam terang...
Bersuluh dikala siang...
Mencari sinar harapan...
Meraba dalam kegelapan...
Dinding atau lantai itu sama saja...
Hijab pemisah antara dunia...
Mengharapkan sinar dihujung gua...
Deria rasa main peranan utama...
Asal niat mencari terus membara...
Penat atau lelah bukanlah halangan...
Dikala ini iktikad diri...
Yakin dan percaya....
Hujung sana ada cahaya...
Kerana cahaya itu ada kerinduan...
Cahaya itu ada kebahagiaan...
Kebahagiaan yang tiada taranya...
Membebaskan diri dari kegelapan itu menyeksakan...
Kegelapan itu membutakan mata...
Jeritan jiwa yang sia-sia...
Tiada siapa mahu mendengarnya...
Harapan menjadi pegangan...
Ini cerita didalam cerita...
Gelapnya gua ada cahaya hujung sana...
Pencarian hamba akan Khaliknya....
Pejam dan celik sama sahaja...
Siang dan malam tiada bezanya...
Cahaya yang dicari bagai purnama...
Terasa hangatnya cahaya...
Kasihnya menusuk jiwa...
Hanya cahaya kenal cahaya...
Kembalinya cahaya kepada cahaya...
Kenalnya cahaya itu...
Bila kegelapan menyelubungi jiwa...
Sunyi dan sepi permainan rasa...
Hening seketika...
Nafas turun naik tiada rasa...
Asyiknya hamba akan cahaya...
Kasihnya tiada tara...
Hilangnya diri kala cahaya menerangi...
Rumah siap tapi tiada...
Dari kegelapan kepada cahaya...
Agar diri sedar dimana letaknya...
Dari hujung lidah sampai ke hujung hati...
Dimana letaknya bunyi..
Hening seheningnya....
Tiada rupa dan suara...
Kelam dan tenggelam dalam maghfirahNya..
Nun jauh disana...
Terlihat cahaya bagai sebutir permata...
Menyilau menyentuh jiwa...
Nak dipegang tangan tak sampai...
Tapi kenal akan cahaya itu...
Hangatnya menyentuh kalbu...
Bahagia bila disapa sinarnya...
Hilang seketika...
Tak dapat dirungkai dek akal...
Hanya bahagia dapat diungkapkan...
Pertemuan awal dan akhir...
Tajalinya solat...
Lailaha Ilallahu Muhammadur Rasulullah...
Lahaula wala khuwata illa billahil aliyilazim...
Wallahualam bissawab...

Persinggahan di suatu perkampungan...


Suatu ketika..
Singgahnya daku suatu perkampungan..
Luarannya damai dan aman...
Persis sungai yang tenang jgn disangka tiada buaya...
Dalamnya penuh dgn peperangan...
Yang Kaya...
Yang Kuat..
Yang Berkuasa..
Yang Mulia...
Dan..Yang Sempurna..
Bergolak agar diri lebih segalanya..
Yang Bijak..
Yang Pandai...
Yang Ilmuan..
Petah berbicara..
Professor lagaknya...
Ulamak dunya...
Dalil aqli dan naqli jadi taruhan...
Seribu dalil dikeluarkan...
Agar menang dlm taruhan..
Semuanya berpencak hebat..
Sayembra di pentas dunya...
Adakalanya terlupa dimana tempat berpijak....
Skrip dan watak dlm lakonan..
Dimana realiti dan fantasi...
Kehendak diri mengatasi...
Lupa akan diri...
Siapa Khalik...
Siapa Makhluk..
Diri terleka dan terpersona...
Akan tempat persingahan...
Langkah menjadi perlahan...
Perkampungan idaman setiap insan...
Kelebihan menjadi ukuran...
Beransur diri diruang waktu..
Merenung diri dlm kekalutan waktu..
Terpaku dan terkesima...
Perjalanan wajar diteruskan...
Persinggahan bukanlah tempat kediaman..
Perkampungan sementara...
Menjadi persinggahan setiap insan..
Sekadar hilang lelah perjalanan..
Setiap perjalanan..
Banyak persimpangan...
Agar diri tidak terleka dan terpedaya...
Perjalanan bukanlah perhentian..
Lakum dinukum waliyadin...
Ini bukanlah kata-kata hikmat..
Untuk wali dan keramat...
Hanyalah cerita dalam cerita..
Sembang kosong tiada apa..
Menumpang lalu budaya kita..
Anggaplah luahan hamba yg hina..
Mencari dunya yg fana..
Terima kasih untuk semua..
Sudi membaca walau seketika..
Luahan hamba sekadar rasa..
Undur diri seketika...
Assalamualaikum semua..

Bersangka Baik


Suatu ketika... 
Dahulu kala...
Al-Marhum bapaku pernah berkata...
Sejahat-jahat manusia...
Pasti ada kebaikan dalam dirinya...
Pandanglah kebaikan dalam dirinya...
Maka hilanglah kejahatan dari pandangan kita...
Usahlah dicari akan yang buruk dan jahatnya...
Bersangka baik juga amalan mulia...
Agar kita senang sentiasa...
Hati lapang tiada sengketa...
Langkah yang tenang bukan lakonannya...
Senyumlah wahai manusia...
Tak rugi berlakon di pentas opera....
Kerana hati ini sedar wataknya...
Perkemas langkah seorang hamba...
Insha'Allah itu genggaman kita...
Alhamdulillah dan Bismillah sentiasa...
Sekian dahulu dipinta...
Musafir hina menumpang lalu di alam maya...
Assalamualaikum semua...

Mengikut Arus Kehidupan..


Mengikut arus kehidupan..
Bagaikan air sungai mengalir..
Terus dan kehadapan..
Membentuk arus...
Membelah rintangan...
Air itu sifatnya berubah...
Bergantung pada suasana...
Ada kala panas...
Ada kala juga dingin bak salju...
Keras dengan pendiriannya...
Keras dalam iktikadnya...
Lembut dalam membentuk arusnya...
Yang pasti, terus kehadapan...
Tanpa mengundur waktu...
Tidak rugi mengikut arus...
Membenarkan kalamNya..
Hanya iktikad membezakannya...
Rahsia Khalik dan Makhluk..
Menentang arus itu..
Menghilangkan daya dan upaya...
Adakalanya rasa lega seketika...
Tapi kesannya ketara...
Rugi masa...
Terseksa jiwa...
Mengapa perlu luahkannya?
Sedangkan kalam itu menipu daya?
Iktikad itu teras...
Pegangan abadi...
Biarlah rahsia...
Pahit sekalipun telan saja...
Hadamkan saja...
Supaya diri matang sentiasa..
Hanya diri mengenal empunya diri...
Tidak perlu berkata-kata...
Diamkan saja...
Buat saja kerja dan suruhanNya...
Agar diri tidak lupa...
Siapa Tuan...
Siapa Hamba...
Ikutlah arusnya...
Bawalah diri kemana saja...
Mainkan peranan..
Skrip dan lakonan...
Atas pentasNya...
Jalan ceritaNya...
Usahlah jadi petualang...
Rasa hebat seketika...
Merampas tahta...
Lupa diri siapa...
Berlagak di alam maya..
Tertipu dengan ilmunya...
Rasa kenal...tidak kenal...
Rasa benar...tidak benar...
Semuanya lakonannya...
Kenallah wataknya...
Tipu atau benar..
Itu rahsia...
Yang pasti senyumannya...
Wallahualam...

Perjalanan...


Dalam setiap perjalanan...
Pasti ada persimpangan dan persinggahan...
Semuanya diberi pilihan...
Asbab dan musabab...
Untuk apa semuanya...
Jalan taqwa itu berduri...
Penuh dengan ujian...
Redah saja...
Usah dihiraukan akan duri itu...
Usah dihiraukan akan diri itu...
Andai terluka biarlah...
Terluka hanya diluar...
Biarlah diluar...
Asalkan didalam terpelihara...
Terpelihara dari sifat mazmumah...
Terpelihara akan fitnah dunia...
Agar diri sedar empunya diri...
Sedar bukan terlupa...
Sentiasa...
Bukan ku pinta untuk persinggahan...
Tidak mampu ku tolak...
Ada sesuatu disitu...
Sesuatu yang dijadikan iktibar...
Persinggahan tapi masih dalam perjalanan...
Bukanlah perhentian....
Bukanlah alasan...
Berhenti walaupun seketika...
Perjalanan itu mesti diteruskan...
Walau ada onak dan duri dijalanan...
Agar diri matang sentiasa...
Matang dalam mengenal empunya diri...
Matang dalam ketuanan...
Matang dalam ketuhanan...
Langkah itu pasti...
Tiada ragu-ragu lagi...
Tenang dalam keputusan...
Tenang dalam senyuman...
Pahit itu ubat...
Manis itu racun...
Racun sekalipun telan saja...
Peduli apa...
Ubat atau Racun hanya pada nama...
Lumrah kehidupan...
Agar diri tidak lupa...
Berpijaklah di bumi yang nyata...
Tempat berpijaklah buat kita sedar...
Siapa kita...
Tepuklah iman didada...
Amanah apa yang kita jalankan...
Jangan lupa janji kena tunaikan...
Sebelum kita turun ke dunia...
Perjanjian sudah termenterai...
Lupakah akan perjanjian awal dan akhir...
Siapa kita...
Renunglah sentiasa....
Dari luar ke dalam...
Alam soghir...
Alam kabir...
Kejadian langit dan bumi...
Malam dan Siang...
Ada jawapannya...
Sesungguhnya tiada Tuhan selain Engkau...
Maha Suci Engkau, 
Sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang yang zalim...

Media Sosial a.k.a. WhatsApp



Alkisahnya media sosial cerita bermula...
Trend zaman kini katanya...
Tak kira usia, bangsa dan agama...
Sahabat jauh dekat terkumpul didalamnya...
Keluarga dan rakan sekerja kena tempiasnya..
Kalau suka, kekal dalam kumpulannya...
Tak suka, tinggalkan saja...
Ada pro dan kontranya....
Ikut rasa binasa...
Ikut hati matilah ia....
Ada benarnya...
Ada palsunya...
Fitnah akhir zaman tersebar pantasnya...
Agenda musuh akhir zaman katanya...
Tepuklah dada...
Tanyalah iman dijiwa...
Itu semua helah dunia...
Melalaikan jiwa...
Kena pada nafsu maka benar belaka...
Tak kena dengan nafsu...
Semuanya dusta baginya...
Uji dan menguji bermain diminda...
Yang melompat kena tempiasnya...
Yang sabar dan redha, diam sentiasa...
Tengok saja permainannya...
Umpama gelanggang sayembra...
Hanya pemain tahu pemainannya...
Kalau mahu cuba, faham dahulu rentaknya...
Tersentuh...
Tersinggung...
dan Terlanggar bila bicara...
Sering bermain didalamnya...
Perlu ada tauhid di dada...
Sebagai perisai hati dan jiwa...
Itulah tapak asas agama...
Supaya menjadi hamba bertakwa...
Tidak goyah permainan dunia...
Tidak melatah tak tentu hala...
Tenang dengan sindiran bahasa...
Usah terkeliru dengan fakta...
Kajilah dengan ilmu dan iman dijiwa..
Suka atau benci itu halNya..
Ubahlah sudut pandangan mata...
Pandangan yang berbeza...
Pandangan mata juga masih tertipu...
Maka pandanglah dengan mata hati...
Lapangkanlah hati seluas-luasnya...
Tak perlu siapa tahu apa kandungannya...
Tak perlu luahkan pada sesiapa...
Renung dan tenung sedalam-dalamnya...
Muhasabah diri sentiasa...
Kata-kata ini bukanlah ilmu hendak dikongsi bersama...
Hanyalah seloka di malam hari berbicara...
Tiada isi yang disimpan dalamnya...
Hanyalah tin kosong yang berbunyi sesedap rasa....
Membingit telinga sahaja...
Maafkanlah daku wahai panglipur lara...
Bahasa ku tidak sekata hendaknya...
Ikut sesedap rasa bila berkarya...
Andai kata tulisan ini menguris jiwa...
Seribu kemaafan dipinta...
Assalamualaikum semua...

Teman


Teman...
Di kala keseorangan...
Di kala kesepian...
Hadir mu penyeri kehidupan...
Ketawa bersama...
Berduka juga bersama...
Langkah kita sama...
Tutur kata juga sama...
Hidup udara yang sama...
Tapi faham kita berbeza...
Itu tandanya Tuhan Maha Kaya...
Kita memandang arah yang sama...
Bahasa kita sama...
Agar kita boleh berbicara...
Senda gurau itu biasa...
Teman di sini, nyata di sana...
Semuanya sama...
Asalnya juga sama...
Beza atau sama hanya pada nama...
Teman...
Silaturahim itu suatu yang mulia...
Ingat-mengingati itu juga suruhanNya...
Kerana kita sering lupa...
Siapa kita di dunia...
Bukalah mata...
Hati dan jiwa...
Renungkanlah firmanNya...
Renungkanlah sunnah RasulNya...
Agar kita berpijak di bumi yang nyata...
Peranan kita berbeza...
Tapi matlamat kita sama...
Menuju KeredhaanNya...
Wahai teman...
Dunia ini sementara...
Hakikatnya di sana...
Bekalan kita tika di dunia...
Bangunlah dari mimpi yang nera...
Jalankan saja suruhanNya...
Kurangkan berkata yang sia-sia...
Kurangkan aktiviti yang lagha...
Semua itu kerana Dia...
Teman...
Daku hanya berkarya...
Sedihku kerana sengketa...
Hanya kerana nama...
Khilafku tika berbicara...
Hanya maaf ku pinta...
Bukan niat untuk berbangga...
Bukan niat untuk menjadi pujangga...
Hanya bicara bisu jadi tinta...
Melakar gerak tiba-tiba...
Hanya luahan rasa...
Lahir dari hati dan jiwa...
Kenapa perlu terasa?
Kerana hati perlu dijaga?
Atau kalam menusuk jiwa?
Semuanya hanya bicara...
Manis atau pahit telankan saja...
Biarlah kita seorang yang rasa...
Berkongsi rasa hanya gurauan sahaja...
Hakikatnya berpijaklah dunia yang nyata...
Kembali kita padaNya...
Huruf dan Makruf itu hakNya...
Pinjaman semata-mata...
Untuk apa mendabik dada?
Ilmu pun juga dariNya...
Kita tiada apa untuk dibangga...
Mana hak kita?
Nyatakan saja...
Semua itu milikNya...
Duhai teman...
Sebelum daku menutup mata...
Ingatlah ini semua sementara...
Pinjaman sahaja...
Tiada yang kekal hanyalah Dia...
Senyuman ini juga seketika...
Kembalilah kepadaNya...
Tiada yang abadi melainkanNya...
Sedarlah bahawa roh itu urusanNya...
Tinggalkan dakwa-dakwi dunia...
Insha'Allah... Bertemu kita di sana...
Jauh lagi perjalanan kita...
Genggamlah sekuat-kuatnya...
La Ilaha Ilallah..
Muhammadur Rasulullah...
Iktikad kita...
Pegangan kita...
Iman kita....
Tiada daya upaya ku
Hanya untuk Mu...
Wallahualam Bissawab...

Khamis, 10 Julai 2014

Kisah seorang ulama dan pendapatnya..

Assalamualaikum dan salam sejahtera, alhamdulillah kita masih diberi kesempatan untuk berubudiah dan mensejahterakan alam ini.  Selawat dan salam keatas nabi junjungan mulia Muhammad SAW, para sahabat dan ahlul bait yang dikasihi Allah SWT semoga kita berada diatàs jalan yang diredhai Nya... insha'Allah.

Pada 20hb Jun 2014, syarikat tempat saya berkerja telah menjemput seorang ustaz untuk memberi tazkirah dan tazkirah itu berkaitan dengan bulan ramadhan yang bakal tiba.  Apa yang menarik dan menyentuh kalbu saya adalah apabila ustaz tersebut bercerita berkenaan dengan pendapat seorang ulama masa silam.  Pendapat dan nama ulama itu sentiasa tergiang-giang dibenak pemikiran saya sehingga kini, walaupun sudah tiga hari berlalu.  Ada sesuatu yang ingin saya kongsikan bersama, kerana ia sesuatu kata-kata yang menusuk kalbu saya sehingga kini.

Perkara pertama sekali yang saya buat adalah cuba google nama ulama tersebut dan kisah berkaitan dengan dirinya.  Masha'Allah...beliau bukan calang-calang orangnya.  Sebelum saya bercerita tentang pendapat ulama tersebut, saya rasa eloklah kiranya saya perkenalkan namanya dan latar belakangnya.

Nama beliau adalah Syeikh Abul Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi merupakan seorang ulama dan pemikir Islam yang ulung.  Beliau dilahirkan pada 6 Muharram 1333H / 23 November 1914M di Takia Kala, Rae Berily, India.  

Nama sebenar beliau ialah Ali bin Abdul Hayy bin Fakhruddin bin Abdul Aliy al-Hasani.  Nasabnya sampai kepada Hasan bin Ali bin Abi Talib r.a. Beliau amat bertuah kerana dilahirkan dan dibesarkan di dalam sebuah keluarga yang amat berpegang teguh dengan ajaran Islam. Ayahnya Sayyid Abdul Hayy seorang ulama di India manakala ibunya juga seorang pendidik dan hafaz al Quran serta syair-syair sejarah Islam dalam bahasa Urdu.
Dilahirkan dalam keluarga yang mementingkan ilmu, tidak hairanlah minat membaca beliau terserlah sejak kecil lagi.  Beliau gemar mengumpul kitab dan mempunyai satu sudut bacaan sendiri yang dinamakan sebagai Maktabah Abil Hasan Ali (Perpustakaan Abul Hasan Ali).

Sejak kecil juga Syeikh Abul Hasan telah didik dengan pelbagai ilmu pengetahuan meliputi bahasa Arab, nahu, syair, sastera Arab, tafsir, fiqh, hadis dan sebagainya. Ramai dikalangan gurunya datang dari India dan ada juga di antara mereka yang datang dari Madinah.  Diperingkat awal, beliau hanya belajar di rumah dan di madrasah Nadwatul Ulama. Setelah itu beliau mengorak langkah ke peringkat yang lebih tinggi di Universiti Lucknow dan di sini, beliau telah berjaya mencapai kecemerlangan tertinggi dalam bidang Bahasa Arab. Kemudian beliau meneruskan lagi pengembaraan ilmunya hingga membawa beliau ke Lahore. Di sinilah dia bertemu dengan seorang sarjana dan pemikir agung dunia Islam iaitu Dr. Muhammad Iqbal. Kekaguman beliau dengan karya-karya Iqbal mendorong beliau untuk menterjemahkan beberapa syair Iqbal daripada Bahasa Urdu kepada Bahasa Arab, walaupun usianya pada ketika itu hanya sekitar 15 tahun sahaja.

Setelah hampir tiga suku usianya dihabiskan dengan perjalanan ilmu dan dakwah, menyeru umat Islam agar kembali teguh kepada al-Quran dan sunnah, maka pada tengah hari Jumaat, 23 Ramadhan 1420H / 31 Disember 1999M, beliau telah dijemput Allah SWT pulang ke sisiNya ketika sedang bersiap-siap untuk menghadiri solat Jumaat di kediamannya, ketika usianya mencecah 85 tahun. Sebagai mengenang jasa beliau yang telah dicurahkan untuk kepentingan agama, maka telah diadakan solat jenazah ghaib di dua tanah suci iaitu di Masjidil Haram di Makkah al Mukarramah dan di Masjid Nabawi di Madinah al Munawwarah pada malam 27 Ramadhan 1420H.
Selebihnya anda boleh baca diblog ini 
http://tamanulama.blogspot.com/2008/10/syeikh-abul-hasan-ali-nadwi-zuhud-yang.html?m=1

Pendapat dan kata-kata almarhum yang ingin saya kongsikan apabila diceritakan oleh seorang ustaz kepada kakitangan- kakitangan syarikat tempat saya berkerja ialah; 

"Persoalan yang diajukan kepada semua kenapa umat Islam di dunia kini lemah?  Sedangkan satu kajian di Vatican City menunjukkan penganut agama Islam adalah yang paling ramai di dunia tetapi kenapa masyarakat Islam sering ditindas dan dihina?"

Jadi ulama An Nadawi ini telah mengandaikan bahawa masyarakat Islam ini memerlukan seorang pemimpin yang mempunyai karaktor yang bijak, berpengaruh besar, dan kekuatan strategi yang hebat tetapi pemimpin tersebut sudah mangkat dan bagi mengingati beliau sebuah patung atau tugu dibina seakan-akan pemimpin tersebut.  Tetapi malangnya walaupun tugu tersebut nampak hebat, hinggapnya seekor burung pipit diatas kepala patung tersebut lalu diberaknya dan najis tersebut meleleh dari atas ke bawah.  Walaupun hebat tapi patung tersebut tidak mampu berbuat apa-apa untuk menghalang tindakkan burung tersebut.
Itulah perbezaan antara realiti dan fantasi.

Realitinya adalah burung pipit dan fantasi nya adalah patung tersebut.

Realitinya seekor burung yang kecil mampu membuat kerosakkan pada sebuah patung yang kononnya menggambarkan seorang yang hebat tetapi tidak mampu untuk berbuat apa-apa.

Fantasinya patung tersebut adalah pandangan umat Islam sekarang masih tidak berpijak pada hakikat yang nyata kerana masih mengharapkan seorang individu yang hebat mengubah sesuatu.  Sedangkan dalam al-Quran menyatakan Allah tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum itu melainkan kaum tersebut mengubahnya.  Lagi satu An-Nadawi mengatakan bahawa umat Islam sekarang tidak mengamalkan Al-Quran dan As-Sunnah yang sebenar-benarnya.  Umat Islam hari ini hanya menggunakan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai hujah sahaja tetapi tidak mengamalkan intipati didalamnya.  Ibarat tin kosong bila diketuk kuat bunyinya dan menyakitkan telinga yang mendengarnya.

Begitulah perangai dan perilaku umat Islam harini.   Terpedaya dengan pemikiran dan tanggapan sendiri kerana terlalu mengikut hukum akal dan nafsu.  Iman dan Ilmu jauh sekali sebagai pertimbangan.  Mengamalkan Islam bila rasa kena pada nafsunya.  Kena pada akalnya.  Maka terhijablah Ilmu dan Iman didalam dada.  Yang kaca disangkakan permata.  Permata disangka kaca.  Walaupun ada sijil PHD dalam bidang keilmuan Islam sekalipun, masih tertipu dengan akal dan nafsu sendiri.

Wallahualam bissawab.

Isnin, 21 April 2014

Mencari sesuatu...

Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh, alhamdulillah syukur ke hadrat illahi dengan rahmat dan kurniaan nya dapat kita terus berubudiah dan terus mengumpul bekalan untuk akhirat yang satu.

Selawat dan salam keatas nabi junjungan mulia Muhammad S.A.W.  Para sahabat, ulamak dan ariffin yang terus memperjuangkan kalimah laillahailallah muhammad rasulullah dari dulu hingga kini.

Dengan lafaz bismillahirrahmanirahim bermulanya bibit penceritaan akan kisah blog ini berkenaan "Mencari Sesuatu..."
_ __
Arakian alkisahnya permulaan cerita ini akan tajuknya mencari sesuatu.  Adapun kita hidup masih tidak jelas dalam pencarian.

Didalam pencarian itu perlu jelas, contohnya persoalan mengapa aku seorang Muslim? Adakah kerana aku dilahirkan seorang muslim maka aku layak dan jelas didalam Islam?

Setiap sesuatu yang akan kita cari itu perlu jelas, contoh yang mudah ialah mencari suatu tempat, kenal pasti tempat yang ingin dicari.  Kalau hendak pergi ke Kuala Lumpur, kenalah tahu serba sedikit pasal Kuala Lumpur.  Janganlah sesekali mencari sesuatu yang tak pasti.

Berpijaklah di bumi yang nyata.  Sedarlah dimana kita berpijak dan berdiri.  Usahlah dicari akan barang yang tak pasti.  Segala-galanya jelas dan nyata.