Rabu, 25 Mei 2011

Hikmah berlapang dada....

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh dan salam sejahtera buat semua insan yang membaca blog ini.  Selawat dan salam keatas rasul junjungan mulia Muhammad Salallahu 'Alaihi Wassalam.  Semoga setiap hati orang-orang mukmin itu ditautkan dengan hikmah berlapang dada...insya'Allah.

Bismillahirahmanirahim, robishrahli sadri wayasirli amri wahlul ukhdatal millisani yafkhahu khauli.  Rabbi zidni ilman war zukhni fahman.
Alhamdulillah syukur kita ke hadrat Allah subhanahu wata'ala kerana dengan izin dan limpah kurniaanNya masih diberi nikmat yang terbesar sekali dalam hidup kita iaitu nikmat Islam dan Iman, insya'Allah.
Dalam surah   AL AN'AAM (Binatang ternak) Allah berfirman:-

[6:125] Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.


Setelah lama menyendiri didalam dunia blogger, bukannya tiada artikel yang di taipkan cuma ada beberapa artikel yang tidak di publish kan kerana didalamnya terkandung perkara-perkara yang sukar difahami dan hanya sekadar rujukkan penulis sahaja.  Kali ini Sang Pencinta ingin membawa tajuk Hikmah Berlapang Dada.  Tujuan tajuk ini dibawa hanya sekadar perkongsian kerana setiap hari kehidupan kita diuji dan menguji serta teruji dengan pelbagai ragam manusia dan arus kehidupan supaya iman semakin mantap dan matang dalam memahami akan makna kehidupan itu sendiri.


Alhamdulillah pada kali ini kita ditemukan dengan tajuk ini bagi sama-sama kita dalam usaha mengingati antara satu sama lain akan mengabdikan diri pada Rabbul Izatti, Tuhan pencipta sekian alam...insya'Allah. 


Dengan lafaz bismillah saya memulakan kalam bisu ini dengan tajuk Hikmah Berlapang Dada, sesungguhnya tajuk ini merupakan suatu perkara yang memerlukan penelitian yang mendalam.  Jikalau merujuk didalam kamus dewan membawa maksud kepada berlapang dada itu adalah berkaitan dengan hati yang berasa lega, tenang dan sabar. 


Akan tetapi kali ini saya bukanlah untuk mengulas akan perkara ini kerana hikmah berlapang dada itu maksudnya terlalu luas untuk difikirkan dek akal manusia yang dhoif ini.  Hanya ilmu yang sedikit sahaja yang mampu menghuraikan secara rambang kerana untuk lebih terperinci memerlukan suatu muhasabah yang agak lama dan memahami perjalanan akan ilmu pentauhidan itu sendiri.


Saya disini bukanlah untuk mengajar atau membicara akan hal ilmu itu sendiri kerana saya bukanlah ustaz yang belajar akan perjalanan ilmu agama tetapi sekadar berkongsi pendapat yang tidak seberapa agar sama-sama kita saling ingat-memperingati antara satu sama lain agar sama-sama kita mantapkan keimanan kita pada Allah Ta'ala...insya'Allah.


[18:109] Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (AL KAHFI  ayat 109)




Sesungguhnya ilmu Allah Ta'ala itu maha luas, seluas-luasnya bumi terbentang luas meliputi langit dan seluruh alam semesta.  Setiap huruf dan ma'ruf itu kepunyaan Allah Ta'ala, tidak mengira bangsa dan negara atau bahasa segalanya milikNya. Hikmah berlapang dada adalah menerima apa sahaja itu sebagai ilmu Allah Ta'ala dan iman akan membezakannya benar atau sebaliknya.  Tugas kita sebagai insan adalah mengabadikan diri pada Nya.



Sesungguhnya kesempitan dada dan apa yang menimpa seorang muslim berupa kebimbangan dan kebingungan serta kesedihan adalah perkara yang tidak seorang pun berupaya untuk  menghindarinya.

Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Aku berfikir tentang usaha para cendikiawan, maka aku melihat bahwa usaha mereka mengarah pada satu hal, sekalipun jalan dan cara mendapatkannya berbeda-beda, aku melihat mereka semua berusaha untuk menghilangkan rasa bimbang dan kebimbangan dari diri mereka. Ada orang yang menghilangkanya dengan cara makan dan minum, dan yang lain dengan cara berdagang dan berusaha, sementara yang lain dengan menikah, atau terkadang orang mengejarnya dengan bermain-main dan bersenda gurau dan lain-lain. Akan tetapi aku tidak melihat salah satu dari jalan-jalan di atas yang boleh mengantarkan seseorang kepadanya, bahkan boleh jadi kenyataannya justeru itu kebanyakan dari jalan-jalan di atas, mengarahkan kepada titik yang berlawanan. Hanya dengan kembali kepada Allah SWT semata dan mengutamakan keridhaan-Nya maka dialah jalan yang menghilangkan kebimbangan. Tidak ada jalan yang lebih bermanfaat bagi hamba selain jalan ini, dan lebih pasti dalam menghantarkan seorang muslim kepada kenikmatan hidup dan kebahagiaan”.


Ibnul Qoyyim rahimahullah telah menyebutkan beberapa perkara agar dada menjadi lapang:-


Pertama: Tauhid, kesempurnaan tauhid pada seseorang akan menentukan sejauhmana ia akan merasakan kelapangan dalam dadanya. Allah SWT berfirman(Surah Az-Zumar ):-




[39:22] Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.


Didalam 'SURAH AL AN'AAM' Allah Berfirman:-




[6:125] Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.



Maka hidayah dan tauhid adalah sebab utama yang paling agung yang membawa kepada kelapangan dalam dada, sementara kesyirikan dan kesesatan adalah sebab utama terjadinya kesempitan dan kesesakan dada.

Kedua: Cahaya yang dihunjamkan oleh Allah SWT di dalam hati seorang hamba, yaitu berupa cahaya iman, sungguh dia bisa membuat dada menjadi lapang, melegakan jiwa dan membahagiakan hati. Namun jika cahaya ini hilang dari dada seorang hamba maka dia akan menjadi sempit dan sesak, sehingga dia terperosok ke dalam penjara yang paling sempit dan sulit. Maka ukuran bagian seseorang dari rasa kelapangan dada ini setingkat dengan bahagian yang didapatkannya dari cahaya hidayah dan iman ini. Allah SWT berfirman:
[6:122] Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.



Ketiga: Ilmu. Sungguh, ilmu itu bisa melapangkan dada, dan melegakannya sehingga dia lebih luas dari dunia, semantara kebodohan akan mengakibatkan kesempitan, kesesakkan dan terpenjara. Semakin banyak ilmu yang dimiliki seseorang maka semakin luas dan lapang dadanya. Namun hal ini bukan untuk setiap ilmu, akan tetapi maksudnya adalah ilmu yang diwariskan dari Nabi Muhammad SAW, ilmu yang bermanfaat. Pemilik ilmu ini adalah orang yang paling lapang dadanya, paling luas hatinya, paling baik akhlaknya serta paling bagus kehidupan yang dirasakannya. 

Keempat: Kembali kepada Allah SWT dan mencintainya dengansepenuh hati, mendekat kepada Allah SWT, merasa nikmat dengan beribadah kepada -Nya, maka tidak ada yang lebih lapang bagi dada seorang hamba selain hal itu. Allah SWT berfirman:


[16:97] Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Sehingga dia terkadang berkata; Seandainya aku hidup di dalam surga dengan keadaan seperti ini maka sungguh ini adalah kehidupan yang sangat baik. Cinta kepada Allah SWT memiliki dampak yang sangat mengagumkan dalam menciptakan lapangnya dada, nikmatnya hati, dan dia tidak akan pernah dirasakan kecuali oleh orang yang kembali kepada Allah SWT, dan setiap kali rasa cinta itu lebih kuat dan meningkat maka dada akan lebih lapang dan lega. Dan di antara sebab yang menjadikan hati ini sempit adalah berpaling dari Allah Azza Wa Jalla dan hati bergantung kepada selain Allah SWT, lalai dalam berzikir kepada Allah SWT dan justru mencintai selain Allah SWT. Allah SWT berfirman:

[20:124] Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta"


Sesungguhnya orang yang mencintai sesuatu selain Allah SWT maka 
dia tersiksa dan hatinya terpenjara oleh kecintaannya terhadap hal 
tersebut.


Kelima: Senantiasa berzikir kepada Allah SWT dalam segala keadaan dan 
tempat. Kelalaian memiliki dampak yang sangat mencengangkan dalam 
menciptakan kesempitan dada, perasaan terpenjara dan tersiksa. Allah SWT 
berfirman:



[13:28] (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.



Keenam: Berbuat baik kepada orang lain, memberikan bantuan kepadanya dengan harta, kekuasaan, jasa dan kerja badan serta berbagai kebaikan lainnya. Sesungguhnya, orang mulia yang baik adalah orang yang paling lapang dadanya, paling baik jiwanya, paling nikmat perasaan hatinya, sementara orang yang bakhil, yaitu orang yang tidak mau berbuat baik kepada orang lain, dan dia adalah orang yang paling sempit hidupnya dan paling keruh kehidupannya. Disebutkan di dalam Ashahihaini dari Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Perumpamaan orang yang kedekut dan orang yang dermawan adalah seperti seorang lelaki yang memakai baju dari besi, mereka berdua terpaksa harus mengulurkan tangan mereka ke tulang selangka mereka, maka setiap kali orang yang suka

bersedekah itu ingin mengeluarkan shadaqahnya, maka dia semakin meluas sehingga bekas-bekasnyapun menghilang, dan setiap kali orang yang kikir ingin mengeluarkan shadaqahnya maka setiap lubang baju besi itu menyempit sehingga mengerut pada tubuhnya akhirnya membelenggu kedua tangannya kepada tulang selangkanya, dan didengar bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Lalu dia berusaha memperluasnya namun baju itu tidak bisa melebar”.

Ketujuh: Keberanian. Seorang yang pemberani pasti berlapang dada, berhati lega, sementara orang yang pengecut adalah orang yang paling sempit dadanya dan paling sesak hatinya, tidak merasakan kesenangan dan kebahagiaan, tidak ada kenikmatan baginya kecuali jika dia termasuk hewan yang hanya memiliki instink kehewanan. Maka kegembiraan,
kesenangan, kenikmatan dan keindahan diharamkan bagi orang yang bersikap pengecut sebagaimana dia diharamkan atas orang yang pelit. 

Kedelapan: Mendendam termasuk sifat yang tercela yang membuat hati menjadi sempit dan tersiksa, sehingga mengahalanginya mendapatkan kesembuhan. Sesungguhnya seorang hamba jika dia telah melakukan segala perkara untuk mendapatkan kelapangan dada namun dia tidak membersihkan dirinya dari sifat-sifat hati yang buruk, maka dia tidak akan merasakan kelapangan dalam dadanya walau sedikit.



Kesembilan: Meninggalkan penglihatan dan pembicaraan yang berlebihan, atau pendengaran dan bergaul yang sia-sia, begitu juga berlebihan dalam urusan tidur dan makan dan lain-lain. Sebab sikap yang sia-sia ini memancing munculnya rasa sakit, bimbang dan kebingungan di dalam hati, dia mempersempit hati, membelenggunya dan membuatnya tersesak. La Ilaaha Illa Allah, alangakah sempitnya dada orang yang tidak maenjaga anggota badannya dari perbuatan maksiat, alangkah keruhnya kehidupan yang diharunginya, dan La Ilaaha Illa Allah, alangkah nikmatnya orang yang mendapat bagian dari sifat-sifat terpuji ini, cita-citanya hanya tertuju padanya. Dia mendapat bagian dari firman Allah swt:


Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, (QS. Al-Infithar: 13), sementara bagi kelompok yang lain mendapat bagian dari firman Allah SWT:
“dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka”. (QS. Al-Infithar: 14)

Maksudnya adalah bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang peribadi yang paling sempurna dalam memperoleh sebab-sebab lapangnya dada, dan keluasan hati. Dan makhluk yang paling banyak mengikuti beliau maka dia 
adalah orang yang sempurna dalam merasakan kelapangan, kelezatan, 

ketentraman hati. Maka apabila seseorang mengikuti Nabi Muhammad SAW 

dalam hal tersebut diatas maka dia akan mendapat tingkat yang sama 

dalam kelapangan dada dan ketenteraman hati serta kelazatan hidup. 
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan 
salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada 
keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.




*Sumber dari e-book "Kiat-Kiat Agar Selalu Berlapang Dada" daripada Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi; Terjemah : Muzaffar Sahidu; Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad.

Rabu, 20 April 2011

Aku Terlupa....


Suatu hari aku pergi ke rumah Bahagia,
Aku terlupa akan Derita,
Pesanan Bahagia, jangan dibawa Derita bersama,
Kerana Bahagia tidak suka melihat akan Derita,
Aku berjalan menuju ke rumah Bahagia,
Aku terlupa hadiah yang ingin ku beri pada Bahagia,
Kerana Aku merasakan begitu bahagia sekali untuk berjumpa Bahagia.
Dalam perjalanan aku masih terbayang Bahagia dalam diriku.
Kerana sayang dan kasih ku akan Bahagia,
Aku terlupa siapa diri ku,
Kerana Bahagia membuatkan ku terlupa akan segalanya,
Walaupun belum berjumpa dengan Bahagia,
Aku seolah-olah sudah lama mengenali Bahagia,
Didalam perjalanan untuk berjumpa Bahagia,
Diriku yakin dan pasti Bahagia tetap menanti kedatangan ku,
Kerana Bahagia itu pasti setia pada ku,
Derita sudah ku tinggalkan kerana Derita sudah bosan,
Aku asyik menyebut Bahagia didepan Derita,
Seolah-olah Bahagia adalah segala-galanya bagiku,
Derita sudah tidak ambil peduli hal ku lagi,
Dan aku juga langsung tidak mempedulikan soal Derita,
Bahagia pasti menantiku dipintu rumahnya,

Aku masih lagi dalam perjalanan untuk bertemu Bahagia,
Pelbagai perasaan bermain dijiwa,
Namun ku endahkan semua,
Kerana hati ku bebunga terkenangkan Bahagia,
Bahagia...Bahagia...Bahagia,
Ingin sekali aku menyebutnya berulangkali,
Tidak jemu-jemu ku menyebut Bahagia,
Sehinggakan ku terlupa akan segalanya,

Destinasi rumah Bahagia masih tersemat dalam kotak fikiran ku,
Walaupun jauh perjalanan untuk bertemu akan Bahagia,
Walaupun penat dan lelah melanda di jiwa,
Langsung aku tidak mempedulikannya,
Apa yang penting adalah bertemu dengan Bahagia,
Kerana sudah lama aku mencarinya,
Kerana sudah lama aku mengimpikannya,
Kerana aku sudah tidak sabar lagi untuk bertemu dengannya,
Nantikanlah kedatangan ku wahai Bahagia,
Aku pasti akan bertemu dengan mu,
Pasti akan bertemu,
Bahagia....
Bahagia....
Bahagia...

Selasa, 5 April 2011

Kehidupan dunia dan akhirat (Bhgn ke-2)

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, selawat dan salam ke atas rasul junjungan mulia Nabi  Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam, ahli keluarga baginda, para sahabat baginda, para tabi'e, para ulama' dan para ilmuan, mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, kepada yang masih hidup mahupun yang selamat di alam sana.  Alhamdulillah syukur kita ke hadhrat Illahi kerana dengan limpah rahmat, taufik, hidayah dan inayah dapat kita bertemu kembali dalam rangka untuk berubudiah kepada Allah, dalam usaha ingat-memperingati antara satu sama lain, semoga terbukanya pintu-pintu hijab yang menghalang kita dari memahami ilmu-ilmuNya. 


"[51:56] Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."




Untuk sambungan blog yang lepas di dalam tajuk yang sama iaitu "Kehidupan dunia dan akhirat (Bhgn ke-2)".  Persoalan-persoalan yang sering timbul, mengapa kita perlu persoalkan akan kehidupan dunia dan akhirat?  Kerana kehidupan kita di dunia sebagai bekalan kita di akhirat.  Akan tetapi, berkaitan tajuk ini "Kehidupan dunia dan akhirat" bukanlah untuk membincangkan berkenaan kehidupan di dunia mahupun di akhirat, kerana perbezaan dunia dan akhirat itulah natijahnya hidup kita.  Iaitu perbandingan kehidupan dunia dan akhirat.  Kehidupan dunia merupakan suatu kehidupan yang mementingkan dunia semata-mata.  Manakala kehidupan akhirat adalah kehidupan di dunia tetapi gerak kerjanya adalah bermatlamatkan akhirat semata-mata.  Didalam konteks ini, mereka yang memilih kehidupan akhirat bukanlah menolak keduniaan semata-mata, akan tetapi kehidupan dunia itu sebagai suatu pemankin atau platform menuju ke akhirat.


Hadis diriwayatkan oleh al-lmam al-Bukhari.

Dari Abdullah bin Umar, r.a., katanya: Rasulullah s.a.w., memegang bahuku lalu bersabda: “Jadikanlah dirimu di dunia ini seolah-olah engkau orang dagang bahkan seolah-olah orang yang dalam perjalanan musafir. ” Dan semenjak itu Ibn Umar selalu berkata: “Apabila engkau berada pada waktu petang maka janganlah engkau tunggu datangnya waktu pagi dan apabila engkau berada pada waktu pagi maka janganlah engkau tunggu datangnya waktu petang dan ambillah peluang dari kesihatanmu itu membuat amal untuk masa sakitmu dan peluang masa hidupmu berbekal untuk matimu."



Didalam Surah Yunus, ayat 24, Allah berfirman:-
"[10:24] Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya683, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya684, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir."


Allah Swt berfirman; "Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu", istilah "kehidupan dunia" telah dipergunakan hampir tujuh puluh kali dalam al-Qur`an. Dunia di sini memiliki dua pengertian sebagaimana berikut;

a. Ia berarti yang dekat. Dunia merupakan bentuk muannas dari adna (rendah). Karena itu, kehidupan dunia adalah kiasan paling dekat untuk kehidupan akhirat yang secara relatif ia jauh.

b. Yang dimaksud dengannya adalah sâfilah; yang kotor, hina dan rendah. Karena itu kata danî (rendah) diberikan kepada seseorang yang terperosok dan rendah. Artinya bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan yang rendah dan tidak memiliki nilai yang sempurna. Itulah kehidupan dunia sebagai lawan dari kehidupan akhirat yang tinggi dan penuh nilai-nilai agung.

Demikian ini sesuai dengan kesimpulan dari beberapa ayat al-Qur`an, seperti ayat berikut ini; "Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui"129 . Kehidupan yang sesungguhnya hanyalah kehidupan akhirat saja, adapun kehidupan dunia hanyalah kehidupan semu dan hanya sekedar nama saja, padahal sebenarnya ia adalah kematian bertahap.

Al-hasil, sesungguhnya kehidupan dunia adalah kehidupan yang tidak bernilai, atau ia sebenarnya bukanlah kehidupan secara penuh. Ia "adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi". Yakni kehidupan sementara seperti air hujan yang turun ke bumi dengan tetesan rintik-rintik, dan dengan turunnya ke bumi tumbulah tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan berbagai macam buah.

***sumber(http://www.alhassanain.com/indonesian/book/book/holy_quran_library/quran_interpretation/perumpamaan_dalam_alquran/021.html)


Untuk membincangkan soal kehidupan dunia dan akhirat memerlukan suatu fahaman yang mendalam kerana percaya pada hari akhirat itu merupakan salah satu dari rukun iman kita.


Pada mulanya kita merasakan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat itu terpisah kerana kehidupan dunia itu adalah sekarang dan kehidupan akhirat adalah sesuatu yang belum pasti.  Akan tetapi apabila direnung secara mendalam, kehidupan dunia dan akhirat itu adalah suatu perkara yang tidak boleh dipisahkan ibarat aur dengan tebing.  Dimana ada dunia dan disitulah ada akhirat.  Ibarat Iman dan Islam, yang mana ia tidak boleh dipisahkan, sesuatu yang bergerak selari.  Ia juga ibarat ilmu dan amal.  Jika ia dipisahkan maka jadilah sesuatu itu perkara yang sia-sia.



"[2:201] Dan di antara mereka ada orang yang bendo'a: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" {127}. (AL BAQARAH (Sapi betina) ayat 201)"





"[3:145] Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (ALI 'IMRAN (KELUARGA 'IMRAN) ayat 145)"



[4:134] Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (AN NISAA' (WANITA) ayat 134)


Apabila direnungi dan diamati sedalamnya, kehidupan didunia dan akhirat adalah seiring kerana didalam surah diatas ada pahala dunia dan akhirat.  Jika kita beribadah dan beramal untuk diri sendiri maka perkara itulah pahala dunia dan jika kita beribadah dan beramal untuk orang lain semata-mata maka itu adalah pahala akhirat.  Hanya diri sendiri yang diberi pemahaman sahaja yang memahami akan kehidupan dunia dan akhirat.  Dunia hanya sementara, akan tetapi akhirat kekal abadi.


Diakhir zaman semuanya hanya mementingkan diri sendiri.  Tiada lagi tolong-menolong, tiada lagi muafakat.  Hanya segelintir masyarakat sahaja yang masih mengamalkan permuafakatan sesama insan.   Yang lain hanya inginkan mengejar nama, pangkat, kuasa dan harta.  Apabila membantu seseorang, hanyalah mengharapkan imbuhan semata-mata.  Jika tiada kepentingan diri dan merugikan hartanya maka tiadalah dipedulikan hal orang lain.  Seolah-olah dunia ini kekal selamanya, akhirat hanya dongengan semata-mata.  Maka tercampaklah mereka dilembah kehinaan dan kekufuran.  Walaupun pakaian dan kelakuan mereka seolah-olah merekalah lebih Islam dari orang lain, malangnya hati mereka tersimpan pelbagai penyakit hati; dengki, khianat, tamak-haloba, kedekut dan sebagainya.  Tatkala mereka sedar akan perkara ini, segalanya sudah terlambat.  Tiada lagi jalan kembali.  Janji Allah pasti akan terjadi.  Sesungguhnya hari akhirat itu benar, seksaan kubur itu benar dan hari kiamat itu pasti akan berlaku.  Sesungguhnya syurga itu benar dan neraka itu benar.






[13:26] Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). ( AR RA'D (GURUH) ayat 26)


Bismillahir rahmanir rahim.
Mahasuci Tuhan yang Engkau bersifat dengan Baqa’ dan Qidam,
Tuhan yang berkuasa mematikan sekalian yang bernyawa,
Mahasuci Tuhan yang menjadikan mati dan hidup untuk menguji siapa yang baik dan siapa yang kecewa.
Mahasuci Tuhan yang menjadikan lubang kubur sebesar-besar pengajaran untuk menjadi iktibar kepada orang yang lalai,
dan sebesar-besar amaran kepada orang yang masih hidup.
Ingatlah!
Bahawa sekalian mahluk Allah akan jahanam dan binasa, melainkan zat Allah Taala.
Ialah Tuhan yang Maha besar kuasa menghukum, manakala kita sekalian akan kembali menghadap hadirat Allah Taala.
Wahai SAYA Bin IBU SAYA, wahai SAYA Bin IBU SAYA, wahai SAYA Bin IBU SAYA,
hendaklah kamu ingat akan janji-janji Allah yang mana kamu ada bawa bersama-sama dari dunia ini.
Sekarang kamu telah menuju masuk ke negeri Akhirat.
Kamu telah mengaku bahawa tiada Tuhan yang disembah dengan sebenar-benarnya melainkan Allah,
dan bahawasanya Nabi Muhammad itu Pesuruh Allah.
Ingatlah wahai SAYA Bin IBU SAYA,
apabila datang kepada kamu 2 orang malaikat yang serupa dengan kamu iaitu Mungkar dan Nakir,
maka janganlah berasa gentar dan takut,
janganlah kamu berdukacita dan risau serta janganlah kamu susah-hati dan terkejut.
Ketahuilah wahai SAYA Bin IBU SAYA,
bahawasanya Mungkar dan Nakir itu hamba Allah Taala,
sebagaimana kamu juga hamba Allah Taala.
Apabila mereka menyuruh kamu duduk, mereka juga akan menyoal kamu.
Mereka berkata:
Siapakah Tuhan kamu?
Siapakah Nabi kamu?
Apakah agama kamu?
Apakah kiblat kamu?
Siapakah saudara kamu?
Apakah pegangan iktikad kamu?
Dan apakah kalimah yang kamu bawa bersama-sama kamu?
Di masa itu hendaklah kamu menjawab soalan-soalan mereka dengan cermat dan sehabis-habis terang, tepat dan betul.
Janganlah berasa gementar, janganlah cuak dan janganlah bergopoh-gapah, biarlah tenang dan berhati-hati.
Hendaklah kamu jawab begini:
Allah Taala Tuhanku,
Muhammad nabiku,
Islam agamaku,
kitab suci Al-Quran ikutanku,
Baitullah itu qiblatku,
malahan solah lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat dan mengerjakan haji diwajibkan ke atas aku.
Semua orang Islam dan orang yang beriman adalah saudara aku,
bahkan dari masa hidup hingga aku mati aku mengucap: “Laa ilaa ha illallah Muhammadur rasulullah”.
Wahai SAYA Bin IBU SAYA tetapkanlah hatimu,
inilah dia suatu dugaan yang paling besar.
Ingatlah bahawa kamu sekarang sedang tinggal di dalam alam Barzakh,
sehingga sampai satu masa kelak, kamu akan dibangunkan semula untuk berkumpul di Padang Mahsyar.
Insaflah wahai SAYA Bin IBU SAYA, bahawasanya mati ini adalah benar,
soalan malaikat Mungkar dan Nakir di dalam kubur ini adalah benar,
bangun dari kubur kemudian kita dihidupkan semula adalah benar,
berkumpul dan berhimpun di Padang Mahsyar adalah benar,
dihisab dan dikira segala amalan kamu adalah benar,
minum di kolam air nabi adalah benar,
ada syurga dan neraka adalah benar.
Bahawasanya hari Kiamat tetap akan adanya,
begitu juga Tuhan yang maha berkuasa akan membangkitkan semula orang-orang yang di dalam kubur.
Di akhirnya kami ucapkan selamat berpisah dan selamat tinggal kamu disisi Allah Taala.
Semoga Tuhan akan memberi sejahtera kepada kamu. Tuhan jua yang menetapkan hati kamu.
Kami sekalian berdoa mudah-mudahan Allah Taala menjinakkan hati kamu yang liar,
dan Allah menaruh belas kasihan kepada kamu yang berdagang seorang diri di dalam kubur ini.
Mudah-mudahan Tuhan akan memberi keampunan dan memaafkan kesalahan kamu serta menerima segala amal kebajikan kamu.
Ya Allah Ya Tuhan, kami merayu dan bermohon kepada Mu
supaya tidak disiksa mayat ini dengan kemegahan penghulu kami Muhammad SAW.
Subhana rabbika rabbil izati amma ya sifun wassalamu alalmursalin, walhamdulillahi rabbil alamin.


Selasa, 22 Mac 2011

Kehidupan dunia dan akhirat...

Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh, selawat dan salam ke atas junjungan mulia khatamul anbiya Muhammad S.A.W, para sahabat, para ahlul bait, mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat yang mendokong kalimah Lailahaillallahu Muhammadarasulullah dari zaman baginda hingga ke hari ini, semoga Islam dan Iman mekar di hati pencinta-pencinta Nya...insya'Allah.

Seringkali kita terdengar atau terbaca artikel-artikel atau perbincangan hebat para ilmuan menceritakan berkenaan dengan kehidupan dunia dan akhirat.  Pertama sekali saya dengan rasa rendah diri ingin memohon seribu kemaafan kepada para ustaz-ustaz atau ilmuan-ilmuan kerana saya tidak layak dalam menghuraikan bab ini apatah lagi memberi pandangan berkenaan hal sebegini.   Cuma hati yang kudus ini sering membentak dan menimbulkan seribu persoalan apabila perkara ini dibicarakan.   Maafkan saya sekali lagi andai tajuk ini menyetuh hati dan perasaan tuan-tuan.   Segala kekurangan itu adalah dari hamba yang dhoif ini.
Cinta dunia adalah ‘kepala’ (punca) segala kerosakan


Sebenarnya pemahaman berkenaan dunia dan akhirat ini, ilmunya berperingkat-peringkat.  Jika ingin dimuzakarahkan sampai bila pun perkara ini tiada kesudahannya, kerana ilmu Allah Ta'ala itu maha luas, perbincangan berkenaan hal ini hanyalah untuk membesarkanNya dan mendekatkan diri kita denganNya.  Jika dibandingkan dengan Hikayat 1001 Malam, perkara dunia dan akhirat itu jauh lebih besar skopnya sehingga melebihi apa yang tersedia di depan mata kita yang terhad ini.  Cuma apa yang ingin saya utarakan hanyalah sebahagian kecil dari skopnya.  Sesungguhnya setiap manusia itu pemahamannya pada sesuatu ilmu itu berbeza.

Bismillahirahmanirahim, robishrohli sadri wayasirli amri wahlul ukhdatal millisani yaf khahu qauli, rabbi zidni ilman warzukhni fahman.

Alhamdulillah syukur kita kehadrat Allah S.W.T kerana dengan izin dan limpah kurniaanNya dapat kita mengecapi dua nikmat yang tidak terhingga nilainya iaitu nikmat Islam dan Iman sehingga ke hari ini.

Dalam surah Al-Hadid, ayat 20;


 [57:20] Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.


Kehidupan di dunia dan akhirat sering diceritakan dan dikhabarkan melalui media massa mahupun melalui ceramah-ceramah di masjid, surau dan sebagainya.  Dunia dan akhirat merupakan dua tempat yang menjadi topik perbualan para ilmuan dan para ulama.  Tujuan perkara ini dibahaskan adalah kerana ingin memperhalusi serta mendalami ilmu Allah Ta'ala dan mendekatkan diri kita kepada Rabbul Alamin semata-mata.

Dunia seringkali dikaitkan dengan perkara yang sementara, melalaikan, dan menjauhkan diri kita dengan Allah S.W.T.


Manakala akhirat pula adalah suatu tempat yang kekal abadi, sentiasa mengingati Allah dan mendekatkan diri dengan Allah Ta'ala.

Kehidupan dunia seringkali dikaitkan dengan kemewahan harta benda, kekuasaan pangkat dan nama, kesempurnaan hidup dan diberi kemuliaan sama ada anugerah mahupun darjat kebesaran.





عَنْ عَمْرو بْنِ عَوْفٍ الأَنْصَارِيِّ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ بَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ إِلَى الْبَحْرَيْنِ يَأْتِي بِجِزْيَتِهَا، فَقَدِمَ بِمَالٍ مِنَ الْبَحْرَيْنِ، فَسَمِعَتِ الأَنْصَارُ بِقُدُوْمِ أَبِي عُبَيْدَةَ، فَوَافَوْا صَلاَةَ الْفَجْرِ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ، فَلَمَّا صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ، اِنْصَرَفَ، فَتَعَرَّضُوْا لَهُ، فَتَبَسَّمَ رَسُوْلُ اللهِ حِيْنَ رَآهُمْ، ثُمَّ قَالَ: ((أَظُنُّكُمْ سَمِعْتُمْ أَنَّ أَبَا عُبَيْدَةَ قَدِمَ بِشَيْءٍ مِنَ الْبَحْرَيْنِ)) فَقَالُوْا: أَجَل يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَقَالَ: ((أَبْشِرُوْا وَأَمِّلُوْا مَا يَسُرُّكُمْ، فَوَاللهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ))

Dari ‘Amr bin ‘Auf Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Abu ‘Ubaidah Ibnul Jarrah radhiyallahu ‘anhu ke negeri Bahrain untuk mengambil upeti dari penduduknya (karena kebanyakan mereka adalah Majusi pent). Lalu dia kembali dari Bahrain dengan membawa harta. Maka orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu ‘Ubaidah. Lalu mereka bersegera menuju masjid untuk melaksanakan shalat shubuh bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai shalat beliau pun berpaling (menghadap ke arah mereka). Lalu mereka menampakkan keinginannya terhadap apa yang dibawa Abu ‘Ubaidah dalam keadaan mereka butuh kepadanya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tersenyum ketika melihat mereka.
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menduga kalian telah mendengar bahwa Abu ‘Ubaidah telah datang dengan membawa sesuatu (harta) dari Bahrain.” Maka mereka menjawab, “Tentu Ya Rasulullah.” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bergembiralah dan harapkanlah apa-apa yang akan menyenangkan kalian. Maka demi Allah! Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian. Akan tetapi aku khawatir akan dibentangkan dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba padanya. Kemudian dunia itu akan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (HR. Al-Bukhariy no.3158 dan Muslim no.2961)


Selain itu, kehidupan akhirat adalah suatu alam kehidupan di alam yang lain, dan kehidupan di sana bergantung pada amalan semasa hidupnya di dunia.  Baik amalan di dunia maka baik lah amalan di akhirat, jika buruknya amalan semasa di dunia maka buruklah kehidupan di akhirat.  Kehidupan di akhirat juga membawa keuntungan kepada mereka-mereka yang sentiasa mempersiapkan diri semasa di dunia.



Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah menangis melihat kesahajaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai beliau hanya tidur di atas selembar tikar tanpa dialasi apapun. Umar radhiyallahu ‘anhu berkata:
فَرَأَيْتُ أَثَرَ الْحَصِيْرِ فِي جَنْبِهِ فَبَكَيْتُ. فَقَالَ: مَا يُبْكِيْكَ؟ فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ كِسْرَى وَقَيْصَرَ فِيْمَا هُمَا فِيْهِ وَأَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ. فَقَالَ: أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُوْنَ لَهُمُ الدُّنْيَا وَلَنَا اْلآخِرَةُ؟
Aku melihat bekas tikar di lambung/rusuk beliau, maka aku pun menangis, hingga mengundang tanya beliau, “Apa yang membuatmu menangis?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh Kisra (raja Persia, –pent.) dan Kaisar (raja Romawi –pent.) berada dalam kemegahannya, sementara engkau adalah utusan Allah [2].” Beliau menjawab, “Tidakkah engkau ridha mereka mendapatkan dunia sedangkan kita mendapatkan akhirat?” (HR. Al-Bukhari no. 4913 dan Muslim no. 3676)


Dalam kesempatan yang sama, Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Nabinya:
ادْعُ اللهَ فَلْيُوَسِّعْ عَلَى أُمَّتِكَ فَإِنَّ فَارِسَ وَالرُّوْمَ وُسِّعَ عَلَيْهِمْ وَأُعْطُوا الدُّنْيَا وَهُمْ لاَ يَعْبُدُوْنَ اللهَ. وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ: أَوَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
Mohon engkau wahai Rasulullah berdoa kepada Allah agar Allah memberikan kelapangan hidup bagi umatmu. Sungguh Allah telah melapangkan (memberi kemegahan) kepada Persia dan Romawi, padahal mereka tidak beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Rasulullah meluruskan duduknya, kemudian berkata, “Apakah engkau dalam keraguan, wahai putra Al-Khaththab? Mereka itu adalah orang-orang yang disegerakan kesenangan (kenikmatan hidup/rezeki yang baik- baik) mereka di dalam kehidupan dunia [3] ?” (HR. Al-Bukhari no. 5191 dan Muslim no. 3679)

 Dalam surah Al-Ahqaaf, ayat 20;
[46:20] Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik". 

 
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: جَلَسَ رَسُوْلُ اللهِ عَلَى الْمِنْبَرِ، وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ، فَقَالَ: ((إِنَّ مِمَّا أَخَافُ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِي مَا يُفْتَحُ عَلَيْكُمْ مِنْ زَهْرَةِ الدُّنْيَا وَزِيْنَتِهَا))
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk di atas mimbar dan kami pun duduk di sekitar beliau. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di antara yang paling aku takutkan atas kalian sepeninggalku adalah ketika dibukakan atas kalian keindahan dunia dan perhiasannya.” (HR. Al-Bukhariy no.1465 dan Muslim no.1052)


 (akan bersambung)

Isnin, 7 Mac 2011

Bersesat atau menyesatkan?.....


Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh..., selawat dan salam keatas Rasul junjungan mulia Sayidur Mursalin Wa Qatamul An Biya Iwal Mursalin Wa'alan Nabi Mustaffa Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam, Wa Ala Ahlihi Wa Azwajihi Wa Zuriyatihi Syai Un Lillahilahumul Al-Fatihah, para sahabat baginda, para tabie, para ulama dan para pejuang yang memperjuangkan kalimah Lailahaillahu Muhammadurasulullah dari zaman dahulu hingga sekarang.  Semoga roh Islam dan Iman berkekalan sejak zaman para sahabat baginda sehingga ke hari ini.

Kita sering keliru dengan iman dan akal serta nafsu kerana ketiga-tiga perkara tersebut sering menjadi pertimbangan kita dalam membuat sebarang keputusan.  Ilmu yang berlandaskan iman pasti membuat keputusan yang tepat kerana keputusannya bukanlah dari akal manusia yang terhad dan cetek.  Sukar untuk dihuraikan perkara ini kerana ia ada tingkatannya.  Tetapi apa yang pasti marilah kita sama-sama tingkatkan tahap keimanan kita dari sehari ke sehari supaya setiap perjalanan kita dipermudahkan..insya'Allah.


Berbalik kepada topik utama coretan blog kali ini ialah "Bersesat atau menyesatkan?..", tujuan tajuk ini dibuat bukanlah untuk menunding jari pada mana-mana pihak tetapi cuma sekadar renungan untuk diri sendiri didalam menghuraikan persoalan-persoalan didalam minda.  Bukankah blog ini berkaitan dengan diari sang pencinta?, jadi kali ini sang pencinta ingin berkongsi sedikit persoalan-persoalan yang bermain didalam minda supaya ada sedikit rungkaian pada persoalan tersebut...insya'Allah.

Maksudnya:-
"Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu." -Al-Mukmin (34)


Bersesat atau menyesatkan merupakan dua ayat yang lebih kurang maksudnya tetapi ayat perbuatannya membawa dua maksud yang berbeza.  Bersesat merupakan suatu ayat yang dimana kita sedar diri kita dalam keadaaan sesat dan kita tahu bagaimana menempuhi jalan yang sesat supaya kita tidak sesat.  Contohnya; kita terjumpa suatu jalan yang baru dibina di suatu tempat yang baru bagi kita.  Untuk menempuhi jalan tersebut kita tahu kita akan sesat dan kita faham akan pangkal jalannya untuk kembali jika jalan yang dilalui itu tiada jalan penghujung kepada perjalanan kita.  Maksudnya jika kita ingin ke suatu tempat yang bernama "B" daripada tempat yang bernama "A", walaupun jalannya ada 9, tetapi jika kita kenal dan faham akan tempat "B" maka hatta kita redah 9 jalan sekalipun pasti kita tahu bagaimana untuk ke tempat "B" walaupun berada dalam keadaan sesat iaitu bersesat.  Untuk menjumpai suatu tempat yang kita sudah pasti akan tempat itu, walaupun sesat macam mana sekali pun kita tahu untuk kembali ke pangkal jalan dan sampai ke hujung jalan.

Akan tetapi lain pula keadaannya maksud "menyesatkan" kerana menyesatkan melibatkan ramai orang daripada bersesat.  Bersesat hanyalah merujuk kepada orang perseorangan.  Akan tetapi menyesatkan melibatkan ramai orang.  Contohnya jika kita tidak sedar bahawa kita sendiri berada didalam keadaan sesat dan kita masih merasakan kita sememangnya tidak sesat tetapi hakikatnya sememangnya kita berada didalam keadaan sesat dan kita pula mengajak orang kearah jalan yang sesat tanpa menyedarinya kerana kita sendiri pun tidak pasti dimana tempat yang ingin kita tujui.  Menyesatkan ialah bila seseorang itu tidak pasti akan arah tujunya cuma ia meletakkan tempat yang ditujunya itu adalah berdasarkan akan rasanya sahaja.  Tanpa mengenali betul-betul akan tempat yang ditujui dan hanya berpandukan rasa sahaja, seolah-olah seperti orang buta yang berjalan tanpa tongkat dan tanpa bantuan orang lain kerana baginya, rasa yang dirasakannya itu sudah memadai untuk memandunya ke arah tempat yang ditujui.  Ibarat orang sombong yang degil yang merasakan tindak-tanduknya itu adalah benar dan tidak boleh ditegur dan dinasihati.

Maksudnya:-
"[71:24] Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan."

Jadi persoalannya adalah dimana kita meletakkan diri kita sama ada di tempat "bersesat" atau "menyesatkan".  Mereka yang meletakkan diri mereka pada "bersesat" itu sentiasa mencari-cari dan sentiasa beringat-ingat akan diri yakni walau berada dalam keadaan sesat macam mana pun didalam dirinya tidak pernah lalai dan terpedaya akan keadaan sesat itu kerana matlamatnya jelas, tempat yang ditujunya juga jelas.  Berbeza pula mereka yang meletakkan diri mereka dalam keadaan "menyesatkan" kerana mereka langsung tidak mencari-cari dan beringat-ingat akan diri mereka kerana mereka sentiasa merasakan diri merekalah benar, jalan yang mereka lalui itu benar, tetapi mereka lupa matlamat mereka masih kabur, tempat yang ingin ditujui juga samar dan kabur.  Mereka merasakan matlamat dan jalan yang ditujui itu jelas tetapi mereka sendiri tertipu dengan ilmu rasa yang diciptakan mereka itu.  Dan bukan sekadar mereka sesat akan jalan mereka malah menyesatkan orang lain dengan kata-kata dan hujah mereka....nauzubillahiminzalik...

Maksudnya:-
"[7:179] Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."

Oleh itu, hendaklah kita sedar dimana kita berada.  Dan juga jelas akan matlamat dan tempat yang ditujui.  Dan janganlah terpedaya dengan mereka yang tertipu akan ilmu rasa.  Carilah mereka yang benar-benar memahami akan tempat yang ditujui kerana mereka yang benar-benar memahami akan arah tuju adalah mereka yang diredhai Allah Ta'ala.  Mereka bukanlah terdiri daripada mereka-mereka yang mendapat pengiktirafan manusia dan hanya dengan rahmatNya jua akan dipertemukan...insya'Allah.

Maksudnya:-
[1:6] Tunjukilah8 kami jalan yang lurus,


 Maksudnya:-
[1:7] (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.9



Sekian dahulu nukilan yang tak seberapa ini, adalah diharapkan terdapat sedikit rungkaian pada persoalan-persoalan tersebut, wabillahi taufik wal hidayah, wassalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh.